Paul Ehrlich, Bapak Imunologi, Ahli Bakteriologi, Hematologi, Dan Kemoterapi
Monday, March 24, 2008

Merah tripan adalah zat warna yang dapat membunuh tripanosoma, hewan yang bersel satu yang menyababkan penyakit tidur. Salvarsan dan neosalvarsan adalah obat pertama untuk penyakit sifilis. Mula-mula Ehrlich menanamkan obat itu senyawa 606, karena obat itu ditemukan setelah mengadakan experimen selama 7 tahun dan mengetes ratusan senyawa sampai yang ke-606.
Paul Ehrlich melanjutkan experimenya dan menemukan formula yang ke yang ke- 914 dan memberinya nama neosalvarsan. Ehrlich menemukan cara mewarnai sel darah dan menemukan 5 tipe sel darah putih serta bermacam-macam tipe anemia. Dari sini lahirlah ilmu tentang hermatologi modern.
Sebenarnya Ehrlich adalah orang pertama di dunia yang yang melihat basil TBC. Tapi pada waktu itu ia tidak tahu bahwa bakteri berbentuk batang itu penyebab penyakit TBC. Maka di dunia ilmu hanya mengakui Koch sebagai pemenu basil TBC. Pada tahu 1890 Behring, ahli bakteorologi Jerman, menemukan anti toksin difteri, penyakit anak-anak yang sangat berbahaya. Hanya karna jerih payah Ehrlich antitoksin menjadi obat mujarap dan dipakai untuk menyembuhkan difteri.
Ehrlich lahir di Strehlen, Silesia (sekarang menjadi Strzelin, Polandia), pada tanggal 14 Maret 1854 dan meninggal di Homrugh, Prusia,pada tanggal 20 Agustus 1915 pada umur 61 tahun.ia masih keturunan Yahudi. Orang tuanya hanya pemilik warung. Di sekolah nilai raport Ehrlich untuk bahasa latin dan matematika cukup tinggi. Tapi nilai untuk mata pelajaran lain juga cukup rendah. Sebenarnya ia tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia dapat melanjutkan ke universitas hanya karena belas kasihan guru. Nilai Ehrlich di katrol.
Di Universitas pun Ehrlich bukan termasuk mahasiswa yang menonjol bahkan sebaliknya untuk meraih gelar doktor ia terpaksa berpindah-pindah. Ia kuliah di Universitas Breslau. Starsbough, Freigburg dan Leipzig. Kegemaranya mencoba bermacam-macam zat warna untuk mewarnai jaringan tubuh yang masih hidup menyebabkan ia tak punya waktu untuk belajar. Namun pada umur 24 tahun (1878) dengan susah payah ia berhasil meraih gelar daktor dengan tesisnya yang berjudul “Sumbangan untuk teori dan praktek mewarnai jaringan”. Ia bercita-cita menemukan peluru ajaib yang dapat membunuh bibit-bibit penyakit di dalam tubuh manusia tanpa merusak jaringan tuhuh. Ia percaya bahwa bibit penyakit tertentu hanya menyerap zat warna (zat kimia) tertentu. Bila bibit penyakit itu menyerap zat kimia tertentu. Bibit penyakit itu mati. Mengobati penyakit dangan zat kimia disebut kemoterapi. Ehrlich-lah yang menemukan cara pengobatan seperti itu.
Pada tahun 1876 Koch melihat cara Ehrlich mewarmai jaringan. Enam tahun kemudian (1882) Koch menemukan basil TBC dengan menggunakan zat warna. Ehrlich ingat bahwa ia pernah melihat basil itu juga. Ia mengulang experimen Koch. Mungkin karena ceroboh Ehrlich ketularan penyakit TBC dan terpaksa pergi ke Mesir supaya penyakitnya sembuh. Sesudah sembuh ia kembali ke Jerman dan menggabungkan diri dengan Koch (1889). Demikian juga Behring. Ketiga orang itu bekerja sama untuk mencari obat terhadap penyakit difteri. Behring berhasih menemukan antitoksin difteri dan memenangkan Hadiah Nobel. Padahal antitoksin itu hanya dapat dipakai karena jerih payah Ehrlick. Yang berhasil menemukan cara menakar dosis antitoksin. Akhirnya Ehrlich dan Behring bermusuhan karena masalah pribadi dan keduanya berpisah. Behring berjiwa pengusaha. Sedangkan Ehrlich berjiwa ilmuan, yang tidak mengaitkan penemuan dengan uang.
0 comments:
Post a Comment